Egois




Lia memandang jalanan dengan kosong. Kereta terus meluncur, tetapi hatinya tidak. Dia telah tinggal pada Dika. Panorama indah di sekelilingnya juga tidak jadi perhatiannya, awan cerah juga jadi murung untuknya. Cuma hati yang remuk serta lebur yang masih ada. Pasi, mukanya telah tidak bernafsu lagi. Seolah dunianya sudah padam.
"Saya tidak dapat tidur." Pesan singkat yang dibaca Lia pagi barusan. Sebetulnya pesan itu sudah masuk semenjak jam 02.30 pagi hari. Namun, dia telah terlelap pada saat itu.

"Mengapa sayang ?" Balas Lia.

Contreng dua sama warna biru juga dilihatnya. Rupanya Dika langsung membalas pesan Lia

"Saya ingin tunangan kita diundur, sampai waktu yang tidak dipastikan." Kata Dika.

"Hah? Tetapi" Lia tidak terima.

"Saya tidak dapat Lia." Dika bela dianya.

"Apanya yang tidak dapat ?" Lia terkejut pada Dika yang tetap mengatakan dengan mendadak pada apa saja.

"Saya ingin mengakhiri satu-satu. Saya ingin konsentrasi ke karier dahulu." Dika mengatakan dengan gampangnya.

Pesan singkat itu dienyahkan oleh Lia. Menyukai suatu hal memang tidak semestinya ini. Telah begitu dalam, hingga akan juga begitu sakit. Lia salah, sudah begitu yakin pada Dika.

Pada akhirnya mereka berdua juga berjumpa pada suatu tempat yang sangat romantis di kotanya. Bale bebakaran, seperti hati Lia yang terbakar. Kedua-duanya diam. Lia juga putuskan untuk mengawali perbincangan.

"Mengapa kamu tidak katakan dari tempo hari ? Persiapan acara kita telah 95 % Dika." Lia coba mengemis pada Dika yang begitu jahat tentang menyukai pasangannya.

"Maaf Lia." Kata Dika

"Saya tak perlu kata maaf dari kamu Dika. Saya perlu keterangan. Kamu paham.kamu mengerti semua persiapan telah kita pesan. Kamu sendiri yang katakan, kita tunangan bulan ini. Kamu sendiri yang pilih, dekor kita di tunangan kelak. Kamu sendiri Dika. Kamu.." Lia belum juga yakin pada semua.

Perkembangan memang tetap akan berlangsung pada siapapun. Begitupula Dika. Tetapi tidak perkembangan ini yang Lia kehendaki.

"Lia." Dika memandang muka Lia yang telah tidak lagi se ceria dahulu.

"Dika, tolong pikir semuanya kembali lagi." Lia memcoba untuk membuat cerah situasi yang telah begitu gelap menjadi pembicaraan.

"Saya telah pikirkannya Lia." Dika berusaha untuk menerangkan.

"Pikirkan diri kamu sendiri? Tanpa ada saya? Tanpa ada keluargaku atau keluargamu?" Lia memburu fakta Dika.

Terkait dengan seorang memang tidak dapat semua masalah diri kita. Ada orang yang lain masuk pada ruangan yang ada. Hingga jadi dua yang bersatu. Bukan permasalahan senang atau mungkin tidak senang, nyaman atau mungkin tidak nyaman, memulai atau akhiri. Merajut jalinan ialah berupaya sama-sama pemahaman, sama-sama terbuka, serta memberi ruangan untuk sama-sama memberi terasa nyaman.

Kelihatannya Dika belum juga pahami itu, Lia juga masih polos. Entahlah, dimana kelirunya. Yang pasti, egois bukan hal yang diharapkan Lia.

"Mama lagi ingin arisan ini." Pesan singkat masuk pada hp Lia dengan contact yang tertulis Mama. Ibu Dika, yang saat ini ada di hadapannya.

Lia telah tidak dapat menjawab pesan itu. Ia cuma diam, memandang apa saja yang ada di depannya. Dia bingung harus mengatakan apa pada keluarganya, kepada pihak catering, kepada pihak make-up, kepada pihak dekor, kepada pihak dokumentasi, yang semua itu ialah temannya sendiri.

"Kamu edan ya Dika." Lia tidak dapat juga meredam.

"Maaf Lia." Dika berubah pada kata maafnya kembali lagi.

"Cukup belum Dika? Cukup kamu menyakiti serta merusak semua?" Demikian kata Lia.

"Tidak Lia, maaf. Bukan. Bukan semacam itu. Lia. Ehm. Saya telah pikirkannya dalam-dalam." Dika tetap berdasar teguh pada keputusannya. Pikirannya yang tidak mempedulikan seseorang kecuali dianya. Iya, Lia begitu bodoh untuk meyakini lelaki seperti Dika.

"Kamu betul tidak mau meneruskan?" Lia berkaca-kaca.

"Maaf Lia." Dika masih tidak jelas serta bersembunyi dalam kata maaf.

Sesaat lagi, Kereta Api Style Baru Malam Selatan akan datang di stasiun Pasar Senen.

Lamunan Lia terpecah pada pernyataan petugas kereta api. Benar-benar kuat serta jelas. Ia akan turun sesaat lagi. Ke arah kota yang benar-benar jauh dari Dika yang telah satu tahun lalu tidak dengannya.

Lia sadar, ini bukanlah permasalahan cinta saja. Tetapi pengalaman buat Lia untuk selalu belajar pahami hidupnya. Pahami jika terkait tidak bersambung bila ada kata "EGOIS".

Usai.~






 

Postingan populer dari blog ini

Containing the virus

The role for toymakers and governments

China now has the fastest scheduled trains on the planet.